Pages
Minggu, 27 Desember 2015
Ayam
Terjebak Romansa Revolusi
Kamis, 17 Desember 2015
Katyusha
Entah, karena pengaruh film atau bacaan untuk bahan skripsi, sudah dari 2 bulan yang lalu saya jadi demen dengerin lagu-lagu rakyat dan lagu-lagu patriotik Rusia macam moscow night, dark eye, kalinka, katyusha, dan sacred war. Temen saya sampe bilang "Le, lu lama-lama jadi komunis beneran le", hahahaha. Kalem, lagunya ga memuat propaganda marxis-leninis kok (IMO) lebih berisi ke ajakan bela negara ( kecuali Internationale ya ;) ), tapi mungkin karena pas denger di yutub terpampang palu-arit yang gede, makanya temen saya jadi komen gitu ya.
Katrina (Katyusha)
Pohon-pohon apel dan pir bermekar ramai
Kabut mengapung di atas riak sungai
Di tepi, Katrina melangkah pergi
Di tepi sungai yang tinggi
Melangkah sambil mendendangkan tembang
Tembang tentang kelabu sang elang padang
Berlagu tentang kekasih tersayang
Kekasih yang suratnya ditimang
Oh tembang, dendang gadis yang bertembang
Terbanglah kepada surya yang terang
Teruntuk pahlawan di garis depan
Bawalah salam Katrina yang menawan
S'moga kau terkenang gadis lugu ini
Dan mendengar merdu sang gadis bernyanyi
Semoga kau lindungi sang Pertiwi
Dan Katrina lindungi cinta ini
daaaaan, saya buatin soundcloudnya sodara-sodara, bisa didengerin di sini
Minggu, 06 Desember 2015
III
II
I
Seorang berwajah sangar keluar dari dalam panser paling depan, dari atas panser itu ia membacakan maklumat: "Kampung ini terdeteksi sebagai sarang dan pemasok untuk gerombolan PN, bagi kalian yang mempunyai informasi dan atau merasa menjadi bagian dari gerombolan, harap maju ke depan, demi kebaikan bersama!" , teriak si sangar dengan suara serak yang kaku.
Minggu, 01 November 2015
Romansa mati muda
1 Nov '15
Jumat, 23 Oktober 2015
-
Kala berhenti ku bosan
Kala berjalan ku lelah
Tiada bermaksud apa jua?
Belum berarti apa-apa
Berat dalam malu dalam nikmat
Nikmat dalam andai dalam jerat
Kembali saja ke haribaan?
Kembali saja ke haribaan!
16 Okt '15
Rabu, 30 September 2015
Tanah Dua Juta Nyawa
Udara merapat
Nafas tercekat
Kukira
Hilang sudah akal sehat
Karena
Kemarin, baru kemarin
Bercakap aku dengan tanah dingin
Tanah bersuara, berbicara
"Pelajarilah sejarah seutuhnya"
"Untuk apa?" Ku tanya
"Untuk damaikan bangsa" jawabnya
Bukan
Bukanlah aku yang gila
Benar tanah-tanah ini bernyawa
Bakda serentak darah manusia,
Berjuta menggenang, tumpah
Badan-badan bernafas juga,
Oleh saudaranya, ditanam tanpa tanda
Menjadi pupuk yang melenggangkan
Untuk penjagal yang berlaku Tuhan
30 September 2015
Senin, 21 September 2015
Hujan 'kan tiba
Pendaran surya masih tersisa
Di senja, lewat jam 5
Diiring dengan kering merata
Temaram, antara beton pongah
Dan kabel berbelit di atas kepala
Geliat hidup tetap riuh di raya
Bedalah kalbu tiap-tiap jiwa
Pongahnya sama
Sama mendamba
Kapankah hujan tiba
Sayang, 21 Sept '15
Minggu, 28 Juni 2015
Asyuu~
Gitar masih kupetik beraturan. Hanya mulut saja yang bungkam. Sengaja kukatup rapat tanpa suara, biarlah hanya telinga saja yang menikmati suara merdunya. Bah, muncul lagi sesak yang sama. Sesak yang dikutuk tapi kadang dirindukan. Sesak yang muncul kala dalam diam kuperhatikan simpul senyumya, yg kadang sekilas mengintip deret giginya, disusul rangkaian tawa yang renyah namun manis macam beng-beng.
"Loh, kok diem? Kok Ga ikut nyanyi?" Tanyanya
"Lagi males ah, batuk. Udah kamu aja, merduan suara kamu kok" jawabku.
"Aaa, ga mauu, nyanyi bareng ajaaa" sambungnya manja.
Aku mendengus serupa tawa. Mungkin akibat sesak tadi kali, entahlah. Kugeser jari-jemari meraba senar, hingga terbentuk sebuah chord. Baiklah, kataku dalam hati, kalo itu mau kamu, biarkan aku yang bernyanyi...
"(Do I wanna know)
If this feeling flows both ways?
(Sad to see you go)
Was sort of hoping that you'd stay
(Baby we both know)
That the nights were mainly made for saying things that you can't say tomorrow day
Crawling back to you
Ever thought of calling when you've had a few?
'Cause I always do
Maybe I'm too busy being yours to fall for somebody new
Now I've thought it through
Crawling back to you"
Selesai.
Dari tunduk, segera kuangkat muka, tapi nyangkut sama matanya. Berhadap tatap. Aku diam, dia diam, tv diam, detak jam diam, bumi diam, hanya suara jantung yang membahana melawan bungkam. Terasakah oleh mu? Sampaikah padamu? Mengertikah kamu? Sial! Apa arti diam mu?
"A... Aku ga ngerti lagunyaaaa~" katanya manja memecah hening...
...Asyuuuuu
Nangor, Maret '15
Sabtu, 13 Juni 2015
Sabtu, 06 Juni 2015
Pola pikir sampah si penyampah
Jujur aja, saya juga kalo disuruh mungutin sampah orang juga males.
Tapi kadang kalo pas turun ngeliat ada sampah di trek, ya dipungutin juga, masukkin kantong atau tas. Karena kasian liat dia. Udah luka badannya karena didaki, ditambah kotor pula rupanya karena pendaki.
Sampahnya terlalu banyak buat dibawa turun? Berarti ada yg salah sama manajemen perlengkapan kamu dan kelompokmu.
Sah aja sih jadi bagian dari tren yang lagi booming, tapi cobalah jadi bagian yang positif dari sebuah tren.
Minggu, 10 Mei 2015
Malam baik
Remang yang memantul pada alang-alang lembab
Bulan sedang baik-baiknya malam ini
Kubalas baiknya dengan senyum sebaiknya baik
Tiada kata, hanya asap mengepul lalu hilang di kelam
Malam ini malam baik
Dosa bulan hanyalah menyapu setengah kelip langit malam
Sedang dosa jiwa masih tak terhingga
Maka sudah selayaknya puja terucap lantang
Tak terkungkung dalam tenda, meski lapang
Malam ini malam baik
Dosa cahya hanyalah dari benderang kota
Meski hidup masih tetap lurus,
Tapi depan siapa yang tau
Macam mulut berasap halus,
mengepul lalu hilang macam hantu
Geulis, 9 Mei '15
Rabu, 01 April 2015
"Dan di dunia ini, manusia bukan berduyun-duyun lahir di dunia dan berduyun-duyun pula mati... Seperti dunia dalam pasarmalam...
Seorang-seorang mereka datang.
Seorang-seorang mereka pergi.
Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah kemana"
- Pramoedya Ananta Toer, Bukan Pasar Malam (1951)
Kamis, 26 Maret 2015
Arti dan Guna
Tentu, tapi untuk apakah? Aku rasa tiadalah lain untuk berguna. Apalah arti hidup jikalau tiada berguna? Apalah arti umur tanpa disertai guna? Apalah arti berguna jika didalamnya kau tiada merasa berguna? Jika C.A mengatakan: " sekali berarti sudah itu mati. " , lalu bilakah kau capai yang sekali? Apakah mati setelah yang sekali benar-benar berarti? Apakah mati tanpa yang sekali bukanlah mati? Ah, aku ingin sekali berarti, kepingin memberi arti. Tapi jalan mana? Sedang persimpangan terlalu banyak cabang, aku kalut dalam bingung. Jalan juang masih tak jelas, sedang otak tak berhenti mengeram-tetaskan tanya, beribu tanya di kepala akan eksistensi jatidiri kacrut yang bikin semaput. Aku terkutuk atas pertanyaan-pertanyaan ini. Sekarang bagaimana? Jalan mana? Belok mana? Aku harus bagaimana?
Ataukah sekali mati sudah itu berarti?
-
Aku lelah
Aku lelah dalam
Aku lelah dalam padam
Aku lelah dalam padam hati
Aku lelah dalam padam hati lemah
Aku lelah dalam padam hati lemah jiwa
Aku lelah dalam padam hati lemah jiwa serta
Aku lelah dalam padam hati lemah jiwa serta tiada
Aku lelah dalam padam hati lemah jiwa serta tiada
berguna.
Kamis, 19 Maret 2015
Mereka yang terkutuk
Selamanya kau akan bertanya dan bertanya, sedang jawaban atas pertanyaanmu akan beranak lagi tanya yang lain.
Selamanya kau akan bertanya dan bertanya, sampai sesak dada atas jawaban yang tak selamanya menyenangkan.
Selamanya kau akan bertanya dan bertanya, sampai nanti datang padamu jawaban langit atas semua pertanyaan yang berjawab tanya.
Itulah mahar untuk terangnya hidup yang kau dapat, untuk jalan bercabang yang kau pilih.
Beruntunglah mereka yang menutup pikirannya, bebas dari himpitan nurani dan beban moral atas karutnya raut nyata dunia yang terkuak ruyak karena tanya.
Nangor, 18 Mar '15
Sabtu, 14 Februari 2015
Burung-burung Gereja
Mematuk-matuk menari
Di atap rumah seorang cina
Sedang si empunya telah mati
Terkikis masa habis di dunia
Burung gereja laju bernyanyi
Persetan saja hidup manusia
Senin, 09 Februari 2015
Rindu untuk Annelies Mellema
Hingga pada suatu masa, takdir jualah yang menghempasnya keluar dari sesak almari. Ia terjatuh, melayang, dan mendarat ditengah acuhnya lalu-lalang manusia. Ia yang tubuhnya telah rusak dan koyak, hingga hanya sebahagian potong saja tulisan padanya yang dapat terbaca, dengan sangat hina tergeletak nyana. Hingga akhirnya satu tangan meraih, sepasang mata membaca.
Setetes air mata mengakhiri cerita:
Anneliesku, apa kabarmu?
Alangkah lamanya sudah kita dipisah. Lama pula tak kudapat kabar darimu. Kering sudah jiwaku sejak kau dirampas dariku.
Ann, sehat kau? Banyak makanmu? Nyenyak tidurmu? Aku harap, sungguh berharap, orang-orang itu memperlakukanmu dengan baik dan selayaknya.
Ann, bukan aku tak mau menyusulmu. Bukan Masmu tak peduli lagi denganmu. Bukan! Jangan pernah kau berpikir begitu. Sekalinya ada jalan bagiku untuk keluar dari sini, pastinya langsung kutuju dirimu.
Ann, berkabarlah padaku, pada mama. Ceritakanlah dirimu, agar dalam semu masih bisa kubelai rambut dan kulit pipimu. Agar bisa kusentuh ujung senyum mu. Entah kenapa, sekarang yang terbayang padaku adalah waktu kita pertama kali bertemu, di beranda rumah. Dan sewaktu kita berkuda di halaman belakang. Ingatkah kau akan itu, Ann? Aku yakin kau ingat.
Ann, apakah kau rindu rumah? Rindu suara sunyi di ruang baca, atau suara sedikit riuh dari halaman belakang ketika pagi menyapa, pada sosok mama yang biasanya hilir mudik dari belakang ke muka.
Rindu kau, Ann?
Maka jadikanlah rindu itu sebagai bahan bakarmu, sebagai pelita tidurmu, sebagai selimutmu, agar kau bisa dengan afiat dan tegar menanti aku mengurai benang kusut ini.
Aku rindu kau, Ann ku, tunggulah aku menjemputmu pulang.
Kamis, 05 Februari 2015
Dia
Kau yang mulia
Kau yang sederhana
Kau yang mempesona
Kau yang karimah
Kau yang dewasa
Kau yang tegas
Kau yang lucu
Kau yang tembem
Kau yang manis
Kau yang menyukai hujan
Kau yang bersuara ombak
Kau yang bermata bintang
Kau yang bersajak
Kau yang berteriak
RasaRasa
Rasa memandulkan otak
Cinta menumpulkan sajak
Sedang kaki tak lagi berpijak
Ngawang terbang
Bersama rahasia yang tak lagi terkunci
Sudah ku buka semuanya
Bahwa aku yang tak pantas menginginkanmu penuh
Meski ombak keras membungkam
Aku tak tahan mendamba dalam diam
Nangor, 5 feb '12
Minggu, 01 Februari 2015
Lelah
Berat mata malam tiba
Lelah terasa
Apakah karna aku hina?
Silau dunia atas
Gelap dunia bawah
Aku ingin menutup mata
Jatinangor, 2012
Wanita tua
Wanita tua, renta
Tertatih sendiri, menanti
Akankah dia pulang?
Buah hati yang seakan hilang?
Sungguh hidup itu kejam
Rampas, lalu rajam
Dia kini sendiri, menanti
Kan kah sepi?
Senyap lalu pergi?
Sedang dunia tak berasa lagi
Tatkala api hati jauh pergi
Merantau, terhalau
Jatinangor 2013
Rabu, 28 Januari 2015
-
Di sela maghrib kita tertawa
Di sela maghrib aku terpana
Di sela maghrib yang mendosa
Di ujung senja, kauaku.
Aku serupa pendusta
Memandangmu, lalu campak muka
Batukaras, 28 Jan '14
Kamis, 01 Januari 2015
Tentang Hujan Lagi
Gerimis pada senja yang menua
Memadu adonan langit, gelap rata
Angin sih tak kencang
Hanya dingin tak mau hilang
Sayup berbisik mesra
Antara gemerisik daun dan dengkur kucing tidur
Menggelung
Berkisah binal tentang romantisnya hubungan mereka
Terbawa suasana, aku mejam juga
Dibuai rasa sendu akan rindu
Kepada tempat dengan dingin serupa
Tapi tanpa nelangsa
Kalau saja nasib masih iklhas
Mungkin masihlah bisa kupanggil ia, rumah
Bojongkoneng, 28 Des '14