Pages

Minggu, 30 Januari 2011

Crying rain -The Curupolis Story-

Ini salah satu proyek ane yg belum kelar, dan kalo ditanya kapan kelar, ane lebih baik minta maaf daripada ngejawab...
Tapi, ane harap, ni cerita bisa selese, n bisa dinikmati bersama..
*dengan editing yg seperlunya, sehingga berbeda dari versi sebelumnya*

Hey Curup, this story for you...




Hujan lebat sejak sore membuat jalanan Curupolis lengang, khususnya jalanan di distrik 1-a center place. Hanya terlihat beberapa kendaraan yang lewat, dan juga orang-orang yang baru menyelesaikan jam kerjanya. Walaupun waktu masih menunjukan pukul 19.00.

Hal ini terbilang aneh, mengingat curupolis adalah kota terbesar dan terpadat di perfektur Bencoolen, bahkan se-sumatera. Hujan lebat beserta angin ini seakan-akan telah menyapu masyarakat curupolis dari jalanan. Keadaan suram ini sepertinya berdampak pada mood Opsir Rio yang sedang bertugas di pos utama distrik 1-1 center place, di dekat bang mego 1o9 , pusat perbelanjaan modern terbesar se – Sumatera. “haah, caknyo dak do gawe lagi hari ko, boriing...”, sambil membuat kopi di dapur. Terdengar suara derap sepatu dari luar. “rio, ado panggilan, cak nyo ado keributan di distrik 3-c upper market!”. Ternyata Opsir Ravi, partner tugas Opsir Rio. “akhirnya datang juga, kito jalan kini, vi!”.
“oke, pake mobil yg mano, yg biaso be?”.
“awwa”. Sambil menuju garasi, opsir rio menyulut rokoknya, lalu menawarkan kepada Opsir ravi, “idak eh, mokasih”.
“Cih, selalu..”.

Distrik 3-c upper market adalah daerah lokalisasi terkenal seantero Great Indonesia. Semenjak Indonesia memenangkan perang besar saat itu, makin banyak orang-orang dari negara lain ke Great Indonesia untuk mengadu nasib. Mereka yang gagal akan berakhir sebagai penduduk-penduduk kelas dua, seperti yang terjadi di distrik 3-c upper market curupolis ini.

Mobil patroli opsir rio dan ravi melaju kencang tanpa hambatan di jalanan sepi center place, menuju ke upper market. “Vi, laporkan ke markas dulu, kito la di jalan ndak ke tkp”.
“ai, kau be weh, am lg PW ko”, kata opsir ravi sambil memainkan game online melalui ponselnya.
“am ko lg nyetir, daripada kito mati konyol hujan-hujan ko, licin! Cepeklah!”.
“Is, iyolah... “ dengan muka yang di sewot-sewotkan, opsir ravi menghidupkan patrol dial system. “patroli 666 melapor ke markas”. “yup, silahkan, patroli 666” terdengar jawaban dari markas. “kami sedang menuju tkp di distrik 3-c upper market, mohon keterangan lebih lanjut”.   “Ada laporan masuk bahwa telah terjadi keributan, yang di duga perkelahian antar geng di klub 7th heaven, mohon kepada patroli 666 untuk mengecek keadaan di sana”. “Siap laksanakan, over”.
“7th heaven yo, cak nyo agak besak kasus ko kalu ribut di club besak cak tu, kiro-kiro geng apo yg main malam ko vi?”.
“mano am tau, klo am mama komeng iyolah” mama komeng adalah peramal beken di Great Indonesia saat itu. “Lah, kau kan galak main ke siko vi, wkwkwkwk, nah, la sampai!”.

Mereka turun dari mobil dan menuju ke 7th heaven nite club. Suasana di distrik 3-c upper market lebih suram dari suasana daerah lain di curupolis, di tambah lagi maraknya kegiatan gangster di sini. Kedua opsir muda ini tidak tahu bahwa mereka sedang langsung menuju kejadian yang akan merubah hidup mereka. Hujan pun terus turun.

“Cacam, ancur nian cak nyo!” kata opsir ravi.
“hmmm, cak nyo 3-c family atau U-M Boy yg begawe ko..., vi, cubo kau perikso sbelah situ, am ke sebelah siko”.
“oke bos”. “sambil berjalan menyusuri lorong-lorong gelap, karena listrik sudah separuh mati akibat rusuh di dalam club, opsir rio menyulut rokok baru di bibirnya, tiba-tiba terdengar bunyi gerakan di belakangnya, dengan respon dia mencabut pistol di pinggangnya sambil memutar ke belakang. Kosong, tak ada apa-apa. “mungkin halusinasi” pikirnya. Dia sedang mencoba membuka salah satu pintu ruangan saat terdengar teriakan opsir ravi dari sisi lain club. “riooo, rioooooo!!!”. Dengan setengah berlari, opsir rio segera menghampiri opsir ravi d sisi lain ruangan club. Saat sampai, ia di kejutkan dengan pemandangan yang mengerikan, ratusan tubuh tergeletak bersimbah darah di aula club, entah bernyawa ataupun tidak. Opsir ravi terduduk di salah satu sofa panjang dengan muka pucat berkata “Iko gilo, iko pembantaian namonyo!” .

Dengan tangan setengah gemetar, opsir rio mencoba menggapai senter di pinggangnya dan menghidupkannya, karena keadaan di aula remang-remang. Saat di hidupkannya lampu senter itu, terlihatlah keadaan yg sebenarnya, Seluruh wajah mayat terpancar ekspresi yang sangat menakutkan, seakan-akan telah melihat gerbang neraka. Saat sedang menyenteri seluruh ruangan, opsir rio menangkap sesuatu yang bergerak di sudut ruangan di dekat panggung utama. “Siapa di di situ?!”. Terdengar suara lirih seorang laki-laki,

“tolong ...”.
Kedua opsir berlari ke sana, dan menemukan seorang laki-laki, yang berumur 30 tahun-an, berkulit gelap dan berubuh kekar, dari tato di tangannya yg berusaha menggapai tangan opsir ravi, dapat di ketahui bahwa ia adalah anggota 3-c Family. “tolong...dio la datang! Dio la datang!!! Bawa ambo pergi dari siko!!!” . “Tenang dulu pak, apo yg la terjadi di siko?” tanya opsir rio dengan mimik takut bercampur kasuhan. “Bawa ambo pai, bawa ambo pai!!! Kelak nyo datang lagi! Setan itu dak kan ngasih ampun kali ko!!!” .
“setan, maksudnyo apo pak?” Tanya opsir ravi.
“iblis itu! Ib...ib.... Akkkhhhh!!!”

Dengan muntah darah yang hebat, hingga mengenai seragam kedua opsir itu, satu-satunya saksi mata telah meninggal akibat pendarahan hebat di perut. Dengan perasaan kalut luar biasa, kedua opsir hanya bisa diam.

Hujan terus turun dengan ganasnya. Hitam langit seakan telah memakan kehidupan...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar