Pages

Rabu, 21 Mei 2014

Nyanyian si Cu'up




Kau kenal lanang itu?  Ya, si Cu'up, Si Sudun Cu'up yang berdendang melulu itu.
Ah, temanku dia itu. Teman dari orok kalau boleh ku bilang. Bahkan sedari bocah sudah saling jitak kepala sampai nangis tumpah ruah, hahahaha, lalu kami pun berbaikan lagi esoknya.

Cu'up itu, selalu suka menyanyi dan berdendang. Periang memang anaknya, walaupun sebenarnya dia pemalu, malu kalau suaranya di dengar orang. Tapi dia hobi menyanyi dan berdendang. Entah kapan hobi nya itu dimulai, dia saja lupa, apa lagi aku. Yang pasti, sejauh ingatanku, tak pernah Cu'up kecil jadi bocah penyanyi. Menggumamkan lagu sih sering, macam lagu Chikita Meidy yang terkenal dulu, ingat tidak kau?
Tapi nyanyi tak pernah jadi hal yang dia bangga-banggakan. Tak pernah Cu'up jadi macam Joshua yang bikin klip video sama papanya. Pun orang tua Cu'up tak pernah juga mengajaknya ke acara kontes menyanyi anak, sepanjang pengetahuanku. Itu berarti memang bukan bakatnya. Dia pun berkata begitu saat kutanyakan tentang hal ini. 

Lalu, Cu'up cerita padaku,
"Ah, tapi aku ingat. Mama ku dulu hobi karaoke. Dan aku pun sering duet atau jadi backsinger nya. Mama tak pernah memuji, tapi dari senyumannya, aku tau dia suka melihatku bernyanyi. Kami nyanyi sama-sama lagu broery, pance, d'lloyd, dan sederet artis zaman sebelum internet. Mungkin dari situlah yang membuatku suka bernyanyi. ", katanya.



Cu'up selalu suka bernyanyi dan berdendang. Lagu apapun, bahasa manapun. Selama itu melekat di hati, Cu'up akan menyanyikannya. 
Mungkin suara Cu'up tidak bagus-bagus amat, tapi persetan, yang penting dia suka. Aku ingat, pernah Cu'up mencoba belajar alat musik untuk mengiringi lagunya. 
"Sekalian untuk menutupi fales suaraku juga" , katanya. 

Tapi kecul. Tak ada yang selesai, bahkan gitar pun cuma bisa kunci dasar. Padahal papa nya sudah membelikan gitar karena sedih melihat anaknya belajar gitar dengan gitar orang, yaitu gitarku. Bah.


Di sekolah menengah pertama dan atas, pernah juga Cu'up dan aku bergabung di grup band kecil-kecilan. Tak pandai kami memang, tapi jadilah, yang penting kami senang. Aku suka main gitar, jadilah aku gitaris. Temanku suka drum, jadilah dia drummer. Karena kami takda yang pandai sumbang suara, dan karena Cu'up seorang yang hobi menyanyi, didapuklah Cu'up jadi vokalis. Tampil lah kami di acara-acara sekolah. Lucu juga kalau ku ingat lagi, tapi seru.
"Cuma segitulah karirku menyumbangkan suara untuk orang banyak. Tak pernahlah lagi aku memperdengarkan suara sumbangku ke khalayak. Tak PD aku, kasian liat orang-orang nahan sakit kuping. Biarlah aku sendiri yang menikmati suara sumbang ini. Bergitar di kosan dengan berbagai macam lagu dari berbagai macam belahan dunia.  Ah, mantap! " , kata Cu'up. 
Benar pulak pikirku. Setuju aku dengan pikiran temanku  itu. Bergitar sendiri di kosan sambil kepul asap dan sruput kopi emang paling mantap, setuju pulak kan kau?


Menurut curhatnya padaku, tak pernah Cu'up ingin mendengarkan suaranya ke orang lain. Biarlah dia yang menikmatinya. Mengungkapkan perasaan dengan nada-nada yang terkadang sumbang. Katanya, dia nyaman dengan kondisi ini. Cu'up nyaman dengan situasi ada dalam ketiadaan.
Sampai tiba seseorang dengan permintaan yang menurut Cu'up aneh itu.

"Nyanyikan aku sebuah lagu bang, untuk kado ulang tahunku", kata orang itu.

"Bah, kaget aku yok. Orang tak waras macam mana pula dia itu. Tapi mana bisa aku menolaknya? Kunyanyikan juga satu, dua, tiga, nah sampai empat lagu jadinya. Dasar karena aku suka nyanyi. " , kata Cu'up padaku. 
Aku senyum-senyum saja,
"Akupun kalau diminta gigiti kulit nangka sama orang secantik itu, pasti kuturuti juga 'up" , balasku pada Cu'up.


Tapi aneh bin ajaib,
"Aku suka suaramu, bang.", kata orang cantik tadi . 
Nah, komentar macam apa pula lagi ini? Secara tidak sadar, dia telah mengacaukan status ada dalam ketiadaan si Cu'up. Dia mengacaukan kenyamanan dalam kesendirian si Cu'up.

Sejak kejadian itu, Cu'up ingin bernyanyi dan berdendang lebih sering lagi, untuk khalayak yang lebih banyak lagi. Tidak lagi dia malu sama suaranya. Tidak lagi sekedar bergitar sendiri di kosan yang kadang hanya aku satu-satunya manusia yang pekak karena nyanyiannya.

Sekarang, lihatlah ia, makin periang saja jadinya macam orang mabok cimeng. Berdendang kesana kemari, bernyanyi kapanpun dan dimanapun tiba. Bahkan kudengar nyanyiannya sudah di uploadnya pulak di internet. Bah!
Semua gara-gara seorang cantik tadi kasih komen. 
Tau kau siapa orang itu? Itu loh, gadis cantik kampung sebelah, yang sering kita perhatikan jikalau dia sedang beli minyak di warung depan gang.

Nah, benar kau. Si Cempaka anak Haji Surip!





Nangor, 20 mei '14

Rabu, 14 Mei 2014

Kosmos

Ingin hilang dalam malam.
Hilang dan kembali menjadi debu bintang.
Ingin tenang dalam kelam.
Tenang di hening nyanyian bisu tentang pulang.

Biarkan aku kembali ke semesta
Bersenggama dengan ribuan kerlap cahya
Bermain bersama bimasakti dan terseret ke tengah
Lalu perlahan hilang menyusut menjadi partikel yang tak ada
Tapi aku nyata
Kuharap alam masih merasa
Aku
Akan
Ada
Di langit
Semesta



Nangor, 14 mei '14

Senin, 05 Mei 2014

Laut

Entahlah, apa artinya
yang pasti deru angin tak lagi dingin
Paling tidak, itu rasanya
Seakan mati tapi masih beringin


Tatapan mentari, menuduh!
Jelitan bulan, mengganggu!
Lari saja! Lari ke laut!
Tenggelam
Bukan karena topan
tapi karena ingatan


Setidaknya di laut bisa tenang
Beralas bumi beratap bintang
Sedang tak kan henti bertualang
Karena ini air tak berbatas terbentang


Biar saja mati
Toh, tak kan peduli
Kiranya habis masa dunia
Kan juga putus talian dosa.



Nangor, 7 Okt '12