Pages

Sabtu, 30 Juli 2016

Mati pun Tetap Egois

   Kalo kita sedang ingin berpikir berlebihan, maka kadang pikiran semacam ini pasti muncul: setiap menit, kita berjudi di meja nasib, dan yang dipertaruhkan tentu saja adalah umur. Di jalan antara kosan dan rumah pacarmu kau bertaruh umur. Saat kau mencabut kabel charger laptop adalah taruhan umur. Bahkan diantara suapan makan dan segaran air minum pun adalah bertaruh umur. Roulette meja nasib yang bergeser sedikit saja bisa menyebabkan motormu hilang kendali, kabel charger yang ternyata telanjang digigit tikus, dan suapan terakhir yang keselek karena kurang air. Maka mungkin benar bila kuungkapkan bahwa maut lebih dekat dari satuan ukur jarak yang terkecil sekalipun. 

   Pikiran-pikiran kejauhan ini akan membuat kita takut, gelisah. Kadang hanya gelisah selewat mata, kadang bisa bikin kelakuan seseorang berubah. Betapa hebatnya pikiran kita. Tapi menurutku yang paling menakuti kita bukanlah kesadaran akan kematian kita sebagai tubuh, tetapi bagaimana pengaruh matinya kita terhadap lingkungan kita semasa hidup, dan umpan balik dari pengaruh tersebut kepada peninggalan kita setelah kita mati. 
Wah, ternyata manusia bisa seegois itu, pikirku. Bahkan sesudah mati pun kita masih memikirkan pandangan orang lain terhadap kita yang bahkan sudah hilang dari peredaran dunia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar