Kita semua setuju bersatu di bawah satu bendera karena kita berjanji untuk menjaga satu sama lain, dan bersama-sama menjalani hidup demi suatu kemajuan dengan memenuhi hak serta kewajiban yang telah kita sepakati bersama.
Tapi ketika janji-janji itu dikhianati, dan tindakan utk dialog mengatasinya lebih bersifat represif demi memaksakan sepakat, maka apalagi alasan untuk mempertahankan hubungan yang sudah tidak membuat nyaman?
Untuk alasan nasionalisme pun susah, karena kebenaran politik apalagi yang harus dibela atas nama persatuan bila pada awalnya kebenaran itu merupakan sesuatu yang "dibenar-benarkan" ? Terlebih identitas budaya yang tidak sama seringkali menjadi alasan untuk menstigma, lalu membakar rasa benci antar sesama atas dasar hal-hal yang sepele, yang mengikis tebing-tebing kasih sayang menjadi jurang perbedaan.
Tetapi jelas aku yang selalu terjebak romantisme ini tetap menginginkan persatuan. Aku selalu berharap kita mencari jalan lain untuk tetap melanjutkan hubungan. Bukan sekedar untuk saling memanfaatkan, tapi untuk saling menjaga, saling mencinta, saling menjembatani jurang-jurang.
Stigma tidak akan hilang, tapi bisa berubah makna. Tidak ada salahnya untuk mulai peduli. Yang sudah peduli dari dulu juga jangan membully mereka yang belajar peduli. Mari pandangi hal ini atas sesama manusia, terlebih manusia senegara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar