Pages

Kamis, 01 September 2016

Reminder

So you brought out the best of me,
A part of me I've never seen.
You took my soul and wiped it clean.
Our love was made for movie screens.

05.30
Sebagian besar manusia di dunia ini jengkel dengan suara berisik alarm di pagi hari. Tapi tidak dengan dia. Setidaknya tidak hari ini. Dia hanya meraba-raba sebelah bantal kepalanya untuk mencari letak posisi smartphone-nya yang berbunyi nyaring sejak satu menit yang lalu. 
Ia menggenggam ponsel tersebut, lalu matanya yang masih setengah terbuka langsung berbinar kala melihat layar ponsel yang masih menyalak alarm tersebut. Di dalam gelap kamar pagi itu, layar ponsel memancar terang memperlihatkan screen alarm yang meminta dimatikan, dan di atasnya, sebuah reminder yang berbunyi "berjumpa si cantik". Dia tersenyum memandang ponselnya, lalu menggeliat memutar-balikkan pinggang dan sekujur tubuhnya diantara selimut dan guling yang berantakan. Cahaya matahari menembus sela-sela gorden di sisi kiri kamar, bersamaan dengan cerewetnya burung gereja yang mulai terdengar.

07.15
Ia menghadap sebuah cermin besar setinggi dirinya yang hanya ia senderkan  sekenanya saja di dinding kamar. Memasang sabuk ke jeans-nya, mengancingkan kemeja, lalu menepuk-nepuk bagian sisi kemejanya karena mungkin ada sesuatu, atau mungkin merapikan lipatan yang terlihat tidak pada tempatnya. 
Ia mengeringkan kembali rambutnya dengan sebuah handuk kecil, kemudian melapisi sisirannya dengan pomade lalu menyisirnya rapi ke belakang, dengan sedikit gelombang berjambul. Berturut-turut setelah itu: parfum, jam tangan, merapikan janggut dan jambang, dan merapikan rambut sekali lagi. Semua itu dilakukannya di depan cermin besar setinggi dirinya itu. Setelah puas, ia memandang cerminan dirinya dengan senyum, dan duduk di pinggir tempat tidrnya untuk mengenakan kaus kaki yang segera disusul sepatu. Masih dengan duduk di sana, ia menggapai kunci motor, dompet, dan ponselnya yang tergeletak di tengah-tengah kasur. 
Kembali ia memandang layar ponsel dengan tersenyum. Memandang layar yang menampilkan sebuah reminder: "berjumpa si cantik"

07.30
Coffee maker berbunyi pelan sembari mengucurkan kopi hitam pekat ke dalam mug favoritnya. Sedangkan ia tengah sibuk mengoleskan selai pada permukaan sebuah roti tawar putih tanpa pinggiran. Coffee maker selesai mengucur mengisi mug yang bersebelahan dengan sebuah lemari pendingin. Terdapat sebuah kalender yang ditempel dengan magnet di pintu freezer. Satu tanggal terlihat ditandai dengan tanda hati, berwarna merah. Tanggal itu adalah hari ini. Perlahan terdengar senandung dari dia yang masih mengolesi roti.

08.10
Motornya terparkir di depan sebuah kios bunga sederhana setelah perempatan lampu merah, di samping sebuah pos polisi lalu lintas. Ia tengah memilih bunga-bunga untuk sebuah buket. Beberapa tangkai telah ia peluk seperti menggendong bayi. Terlihat beberapa lili putih di tangannya. Pemilik kios menyapa ramah dan memuji bunga pilihannya, lalu membantu memilihkan beberapa tangkai lagi sebagai pelengkap dan penyeimbang warna. 
"Hari ini ya?", tanya pemilik kios sembari menyusun bebungaan beragam warna.
"Ya, pak. Hari ini.", jawabnya dengan senyuman lebar dan pipi merona merah. Jalanan di depan kios telah hiruk oleh keriuhan pagi di hari yang cerah ini.

08.46
Langkahnya pelan menikmati semilir angin di tanjakan tangga ini. Ia menoleh ke kiri dan kanan, memandangi hamparan rumput dan beberapa bunga kuning kecil yang tumbuh liar di antaranya. Senyumnya tetap lebar, pipinya terus merona. Hatinya berdebar dan matahari seakan mengetahui hal-hal tersebut hingga sinarnya hangat memupuk semua perasaan yang bersemi, macam bunga kuning kecil yang tumbuh liar di padang rumput. Ia berjalan di jalan setapak, langkahnya yakin membawa ia ke suatu tempat yang ia telah akrab di antara beribu nama yang tertulis di padang itu. Bunga di pelukannya terlihat semakin indah tertimpa cahaya, dan ia terlihat semakin jatuh dalam debar semakin ia melangkah. "Hari ini kita kembali bersua, cantik", gumamnya kecil.
Setiap kali hari pertemuan itu datang, jantungnya berdebar persis seperti saat kali pertama ia berjumpa dengan si cantik yang termaktub di remindernya. Aneh, pikirnya, setelah sekian tahun lamanya, tubuhnya masih menunjukkan gejala riang yang sama kala akan bertemu dengan kekasihnya itu. Ia pun  menghela nafas panjang.
Langkahnya berhenti di depan sebuah pusara, diantara ribuan nama yang tertulis di padang itu. Ia duduk disamping pusara tersebut, meletakkan bunga tepat di bawah sebuah tulisan nama. Sebuah nama yang sangat indah. 
Tangannya mengelus nisan itu, di antara cahaya hangat matahari dan harum seikat bunga-bunga indah yang ia bawa, suaranya bergetar, berkata mesra, "hei cantik, aku kangen "
Ia menengadah menatap matahari, dimana isak mulai terdengar lirih.

If you loved me
Why'd you leave me?
Take my body,
Take my body.
All I want is,
And all I need is
To find somebody.
I'll find somebody like you.


Nomaden, 1 Sept '16

*lyric by Kodaline - All I Want

Tidak ada komentar:

Posting Komentar