Pages

Sabtu, 17 September 2016

Guguran Derai-Derai Cemara

Bagiku, sajak-sajak Chairil tidak untuk dibacakan di depan khalayak. 

Bagiku, sajak-sajak Chairil hanya layak untuk dibacakan sendiri, dengan nada yang sunyi, menuding cermin jika perlu.
Karena bagiku sajak-sajak Chairil adalah obrolan dengan diri sendiri, yang bergulat antara rasa demi rasa, dengan ganas, dengan marah, kadang lembut, seringkali jujur, dan tentu egois, tanpa menyisakan pihak menang ataupun kalah. Ia tahu, kita pada akhirnya selalu tampil sebagai pihak yang kalah, karena hidup itu sendiri hanyalah menunda kekalahan.

Dan Derai-Derai Cemara dengan semua lirih di dalamnya adalah salah satu sajak Chairil yang senantiasa aku ulang-ulang. Aku sadar, aku mengulang sajak yang meredupkan. 


Derai-Derai Cemara

Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam


Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini


Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah


1949

Tidak ada komentar:

Posting Komentar