Pages

Selasa, 14 Juni 2016

Pertemuan

Sekarang, sebutir peluru menembus dada. Aku berbaring bersimbah darah  diantara pekik-letus bergaung nyaring. Lihatlah langit yang maha luas, tak acuh sedikitpun dengan riuh di kolongnya. 
Aku merasa berdosa, atas khayalku sekarang yang hanya tentang kau, bukan yang lain. Padahal kukira setiap persona layak kuingat kembali jasanya sebelum aku pergi. Tapi kenapa hanya nona sahaja? Rupanya aku memang telah bersalah, terjebak di tautan matamu malam itu. Meski namamu sudah samar di ingatanku, tatapmu masih mengganggu. 
Aduh nona, temanilah aku hingga penghujung. Sekarang pekik-letus hanyalah sekedar gema di telinga, dan setengah tubuhku kesemutan juga mati rasa. 
Hai nona, temanilah aku hingga penghujung. Rasanya sebentar lagi semua menjadi putih. Kuharap ini tak membuatmu sedih.



Yogyakarta, 1 Maret 1949

Tidak ada komentar:

Posting Komentar