Bagi
saya, membangun mood haruslah dari
ketika bangun di pagi hari. Ya, pagi, karena bangun siang hanya akan
menciptakan penyesalan atas kenikmatan yang sementara. Dalam paginya saya, ada
dua hal yang memiliki peran vital dalam keseluruhan proses membangun mood itu tadi, yaitu kopi dan musik. Saya
mulai rutin meminum kopi sejak tahun-tahun akhir masa SMA, yaitu sekitar tahun 2011.
Saat itu kopi belumlah se-hits
sekarang, dimana kedai-kedai kopi bertaburan di permukaan kota hingga kabupaten,
kedai lokal ataupun internasional. Kopi saat itu masihlah minuman bapak-bapak,
meski seterbak sudah terkenal juga.
Awalnya
minuman pagi saya adalah minuman hangat yang lain, seperti teh ataupun sereal
instan, sebagai pengusir dingin yang dialami setelah mandi pagi, terutama jika
rumahmu berada di kabupaten kecil di balik pegunungan sana. Ketika pertama kali
berkenalan dengan kopi , saya memutuskan untuk setia kepadanya sebagai teman
pagi, karena sepertinya perut saya cocok dengan kopi. Maka dari itu,
berdasarkan persetujuan otak dan perut, saya didaulat tidak bisa buang air
besar di pagi hari tanpa segelas kopi hitam sebelumnya. Dan menjalani hari
tanpa boker pagi bagi saya adalah hari yang celaka, yang rusak mood baiknya. Dan kenapa harus kopi
hitam? Karena yang instan menurut saya tiadalah baik, terlalu dibuat-buat, dan
monoton. Sedangkan dalam kopi hitam kita
bisa merasakan segar dan harumnya bubuk kopi, sebuah rasa yang tidak menjemukan,
karena berbedalah rasa tiap-tiap kopi yang dibikin setiap harinya, baik oleh
tanganmu maupun tangan ibumu, hingga kita bisa menemukan suatu ciri yang khas
dalam kopi bikinan setiap tangan yang kerap kita cicipi. Dan, eksplorasi yang
kita jalani saat mencoba kopi-kopi dari biji, penggilingan, dan pengrajin yang
berbeda merupakan suatu petualangan tersendiri, dimana saat kita sudah merasa
cocok dengan apa yang kita anggap terbaik, ternyata masihlah sangat bisa
dirubah pendapat kita itu dengan kopi terbaik lainnya. Karenanya, kopi hitam
adalah teman pagi saya yang setia, yang tidak neko-neko: hanya diseduh dengan
air mendidih setelah bubuknya ditakar dengan perasaan sesaat sebelumnya.
Kedua
adalah musik, sebuah komponen dunia yang telah menghidupkan berjuta-juta jiwa,
seakan musik adalah makanan pokok. Bagi saya, musik membantu men-setting perasaan yang akan saya bawa
seharian. Dengan harapan bahwa ketukan dan nada-nada akan menentukan
langkah-langkah saya nantinya, maka saya biasanya rajin memilih dan menyeleksi
lagu untuk playlist sembari menunggu asap kopi tak lagi terlalu tebal.
Nada-nada yang riang, ketukan yang cenderung cepat, dengan lirik yang ceria dan
ramah serta indah biasanya selalu saya pertimbangkan untuk dimasukkan dalam playlist senandung pagi. Harapannya
adalah hari itu saya akan keluar kamar dengan senyum, langkah cepat dan riang,
menyapa ramah semua orang, dan hari berakhir dengan cerita indah. Tapi, ada
kalanya kita harus memulai hari dengan semangat menggebu-gebu yang diiringi
sedikit emosi untuk memacu motivasi, bukan? Maka itulah saat bagi lagu-lagu
yang keras, cepat, dengan lirik yang sedikit marah dan provokatif. Melodi-melodi
yang kencang akan mengiringi saya menghadapi apapun yang akan saya temui
nantinya, berharap saya akan berani menghadapinya. Dan bukankah kita kadang terbangun dengan
rasa-rasa yang sendu sisa dari ingatan-ingatan yang lalu? Tentu, tetapi
hindarilah lagu yang mendayu sendu pada pagi hari, karena berdasarkan pengalaman,
sendu pada pagi hari bekasnya lebih lama dibandingkan dengan perasaan riang. Entahlah,
seperti sendu itu memiliki sihir yang lebih kuat untuk mengekang hati dalam
satu warna. Pilihlah sendu untuk musik pada sore atau malam saja, ketika hari mu
sudah mendekati akhir pada jam, dan kau menyisakan kelabu dalam kalbu.
Itulah
dua hal yang menurut saya penting pada pagi saya, meski kadang saya menyelipkan
beeberapa hal lainnya demi menghindari monoton dan menggapai produktif, seperti
membaca berita, menonton tv, dan lain-lain. Setelah kopi tandas dan hajat telah
lunas, dengan sisa musik pada playlist
kita, sudah saatnya mempersiapkan diri untuk menghadapi hari, dengan terlebih
dahulu mandi, atau olahraga sebelumnya, kadang-kadang.
Love the way you describe your love to coffee! I mean, I don't drink coffee, but I understand now why some poeple love it so much.
BalasHapusAndiniiii, danke udah mampir!
HapusI love coffee because coffee love me. And i think that's the very first and basic thing we learned from the knowledge of love that came fron the God himself. #asbun