Pages

Selasa, 09 Februari 2016

Dalam Pagi yang Kelabu

                                                                      Jatinangor, hari kedua februari

Angka menit baru  saja berubah, menjadi  44 di pukul 8 pagi ini. Kopi sudah setengah diseruput, dan keadaan medsos sudah semua di cek. Pagi ini masih mendung, sedang playlist memutarkan sampai jadi debu-nya Banda Neira.
Sendu, pagi ini, di tengah balutan mendung yang sepertinya telah jatuh dari subuh. Dan orang-orang pun sepertinya tau: jalanan Sayang tak se-raya biasanya. Memandang ke luar jendela dari meja kerja kadang merupakan hal yang memabukkan. Entah apa yang ditangkap dari pemandangan yang itu-itu saja, tetapi bisa membuat terlena hingga sekian menit, sedang yang dipandang hanyalah atap-atap seng tua dibawah langit yang tak berubah warna.
Aku bersyukur diizinkan untuk merasakan indah dan keindahan, bahkan dalam hal-hal kecil yang kadang luput dari apresiasi. Lihatlah, putaran asap hawa kopi yang berputar menggelung dari atas cangkir, berarak ke atas lalu hilang saja dalam jarak yang pendek, semuanya dibalut mendung pagi dan sendunya lagu. Hah, asap kopi, tercipta sebentar saja untuk hilang membaur bumi.
Maafkan aku yang sendu di pagi yang kelabu. Aku bingung atas masa hidup yang dianugrahkan di antara waktu-waktu yang berjalan, mengancam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar