Pages

Rabu, 21 Desember 2016

22 Desember

Gelap mulai merambat setiap sudut Jakarta. Dari dalam sebuah bus yang tengah melaju di riuhnya tol dalam kota, terlihat lansekap yang mungkin terasa indah bagi sebagian orang: gedung-gedung tinggi dengan kerlip warna-warni cahaya lampu berlatar langit yang mulai mengelam.
Jalanan mulai macet, kaum pekerja Jakarta ramai berlalu lalang di pinggiran jalan, para penjaja makanan kaki lima, kendaran roda empat maupun dua yang seperti sedang berlomba siapa yang paling cepat bisa sampai ke rumah, semua terpantau dari jendela bus yang terjebak di tengah-tengah semua itu. 


Bus ini menuju Bandung, kota dingin nan ramah, jauh lebih lembut dari Ibukota. Ketika semua penumpang yang lain seakan terpaku pada pohon-pohon beton Jakarta, terdapat seseorang penumpang yang sedari tadi selalu terpaku ke satu titik yang sama: seorang ibu muda kepada anaknya. Lihatlah bagaimana cara-cara yang ia lakukan untuk menenangkan tangis si bayi kecil. Si bayi yang nampaknya sedang tidak sehat, menangis sejadi-jadinya. Lalu berhasil ditenangkan, untuk kembali menangis kencang setelahnya. 

Betapa sang ibu harus menahan malu, perasaan bersalah kepada penumpang lain, dan menahan emosi yang sekali-sekali tidak tertahankan untuk terbit. Tapi lihatlah betapa kuat ia menahan semua itu. Betapa rajinnya ia memasang muka-muka lucu dan menyanyikan lagu-lagu. Memutar otak demi mencari cara-cara baru untuk menahan tangis sang buah hati, atau memunculkan anugerah: sang bayi akan tertawa. 


Semua orang punya pengorbanannya masing-masing. Tentara kepada negara. Guru kepada muridnya. Dokter-dokter di pedalaman kepada sumpahnya. Tapi bayangkanlah bila profesi-profesi tersebut diemban oleh seorang ibu, seperti sang ibu muda di dalam bus itu. Maka alangkah kecilnya kita yang selalu mengeluh kepada beratnya pekerjaan kita hari ini, kurangnya uang untuk jalan-jalan nanti, sedihnya belum mendapat kenaikan gaji. 
Tenggelam dalam semua keluhan-keluhan itu kita lalu pulang dengan kelelahan. Setelah pulang, makan, dan mandi yang kian tak bisa melepaskan semua rasa lelah. Tapi kita tahu ada seseorang yang suaranya bisa membuat semua menjdi cerah. 
Sebuah nama di daftar kontak telpon yang rasa-rasanya telah lama terlupakan, terpinggirkan oleh ratusan chat kantor dan obrolan grup. 
Sebuah nama yang telah tertanam di benak sejak jabang: Ibu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar