Pages

Kamis, 18 Desember 2014

Tawa Sunyi Seorang Sendu

Sekarang, aku sedang membaca (lagi) bukunya Pram: Nyanyi Sunyi Seorang Bisu. Ini buku beliau keempat berarti yang kubaca setelah Rumah Kaca. Sebenarnya hasrat untuk melanjutkan membaca karya-karya P.A.T sudah membuncah sedari aku menamatkan Tetralogi Buru. Tapi apa daya, kemalasan (lagi) menghalangiku, terlebih mata dan otakku seringkali nyangkut di film berseri dari barat yang sekalinya nyangkut bisa makan waktu hingga berbulan. Ditambah, mencari karya-karya beliau di toko-toko buku kontemporer sekarang terbilang susah.

Ada sesak yang sama yang kurasa saat membaca NSSB, dan Tetralogi Buru. Sesak karena rasa sadar bahwa di bumi, ada makhluk yang berakal yang dengan sengaja menindas sesamanya, yang kadang alasannya tak kena logika. Tetapi ada desir yg berbeda di dalam NSSB, yang bikin sesak dada tambah parah. Ini merupakan buku autobiografi. Ya, ini berarti, semua kejadian malang dalam buku ini benar-benar pernah terjadi, bukanlah imajinasi, tapi sungguh dirasakan oleh daging P.A.T sendiri! Sesak!

Tapi di antara sesak nafas yg kuderita lantaran amarah yang bergemuruh di sanubari, tetap saja ada bagian dimana ketika terbaca, keluar juga dengusan kecil dari hidung dan mulut disertai senyum, bahkan tawa pun. Sungguh aneh lagi hebat, ditengah sekian beratnya himpitan hidup, beliau masih bisa menemukan sepercik humor, walau kadang satire dan penuh sarkas, yang menunjukkan kelapangdadaan yg luar biasa. Yang menunjukkan bahwa dia, adalah manusia, sekalipun hak-haknya telah dihilangkan sebagaimana rupa.

NSSB sedikit lagi kuselesaikan. Dan sebelum halamannya tuntas tertutup sampul belakang, aku ikrarkan, kan kubaca semua karya-karya Pram, kuserap saripati kata-katanya, untuk nanti jadi bahan bakar menjadi manusia yang lebih baik.
Semoga Tuhan memberkati ikrarku ini.

Nangor, 18 Des '14

2 komentar:

  1. Pram ya? Dia memang 'seseorang'.
    Kamu....kita siapa? Hanya seonggok nama dalam dunia kata.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, bahkan sekedar nama tak ku punya. Hanya status sebagai manusia yang kadang bikin hati tinggi, sehingga tercurahlah semua kata-kata akan segala sesuatu.

      Hapus