Bukankah takdir manusia adalah berjuang?
Tentu, tapi untuk apakah? Aku rasa tiadalah lain untuk berguna. Apalah arti hidup jikalau tiada berguna? Apalah arti umur tanpa disertai guna? Apalah arti berguna jika didalamnya kau tiada merasa berguna? Jika C.A mengatakan: " sekali berarti sudah itu mati. " , lalu bilakah kau capai yang sekali? Apakah mati setelah yang sekali benar-benar berarti? Apakah mati tanpa yang sekali bukanlah mati? Ah, aku ingin sekali berarti, kepingin memberi arti. Tapi jalan mana? Sedang persimpangan terlalu banyak cabang, aku kalut dalam bingung. Jalan juang masih tak jelas, sedang otak tak berhenti mengeram-tetaskan tanya, beribu tanya di kepala akan eksistensi jatidiri kacrut yang bikin semaput. Aku terkutuk atas pertanyaan-pertanyaan ini. Sekarang bagaimana? Jalan mana? Belok mana? Aku harus bagaimana?
Ataukah sekali mati sudah itu berarti?
Tentu, tapi untuk apakah? Aku rasa tiadalah lain untuk berguna. Apalah arti hidup jikalau tiada berguna? Apalah arti umur tanpa disertai guna? Apalah arti berguna jika didalamnya kau tiada merasa berguna? Jika C.A mengatakan: " sekali berarti sudah itu mati. " , lalu bilakah kau capai yang sekali? Apakah mati setelah yang sekali benar-benar berarti? Apakah mati tanpa yang sekali bukanlah mati? Ah, aku ingin sekali berarti, kepingin memberi arti. Tapi jalan mana? Sedang persimpangan terlalu banyak cabang, aku kalut dalam bingung. Jalan juang masih tak jelas, sedang otak tak berhenti mengeram-tetaskan tanya, beribu tanya di kepala akan eksistensi jatidiri kacrut yang bikin semaput. Aku terkutuk atas pertanyaan-pertanyaan ini. Sekarang bagaimana? Jalan mana? Belok mana? Aku harus bagaimana?
Ataukah sekali mati sudah itu berarti?
Nangor, 27 Mar '15