Jika ditanya apa yang paling kau suka dari hari yang telah menua dalam biru tanpa celah, maka sigap kujawab: awanlah!
Seharian saja bisa menengadah sampai kejang batang leher, tetap saja mendongak melamun melihat mengumpul ludah berkata: awanlah!
Karna rangkaian syaraf otak manusia mengizinkan meliarkan bermacam fantasi dan menerawang melintas gumpalan putih tenang menuju bahya tapi tetap berjalan berbaris rapi sembari membentuk bentuk yang kadang mistis dalam rangka duniawi
Karna tabiat tamak manusia menginginkan sepasang sayap yang pada akhirnya hanya akan jadi alat mendosa yang nanti harus ditanggung di lantai-lantai langit
Karna sifat lembut manusia yang membuat rasa damai ketika melihat hamparan padang biru diatas hijau terpantul cermin beriak yang lalu muncul gerombolan putih datang dan pergi kadang ramai kadang sepi entah bulat entah pipih bikin angan terbang tinggi lalu teriak kencang dalam hati: awanlah!
Bengkulu, 8 Agustus '14